Selasa, 19 Februari 2013

Pembangunan Konektivitas Nasional


Pembangunan Konektivitas Nasional
Firmanzah Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
SINDO, 19 Februari 2013


Bank Dunia pada pertengahan 2012 menaikkan peringkat kinerja logistik Indonesia menjadi 59 dari 75 pada 2010. Kinerja ini diukur dengan indeks kinerja logistik yang meliputi sejumlah indikator seperti efisiensi kepabeanan (custom clearance process), kualitas infrastruktur, kemudahan pengiriman (international shipment), kualitas pelayanan, proses tracker dan tracer, serta lama proses penanganan barang. 

Dalam laporan Bank Dunia ini, negara dengan indeks kinerja logistik yang meningkat berhubungan kuat dengan ekspansi perdagangan, diversifikasi ekspor, ability to attract FDI, dan pertumbuhan ekonomi yang positif. Perbaikan indeks kinerja logistik Indonesia pada 2012 tak terlepas dari sejumlah program akselerasi perbaikan yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan pada 2010-2012 terjaga di atas 6% dengan realisasi investasi mencapai lebih dari Rp313 triliun pada akhir 2012. 

Hal ini juga terus didukung oleh percepatan pembangunan sejumlah infrastruktur dalam mewujudkan konektivitas daerah, nasional, dan internasional. Selain itu, konektivitas juga diarahkan untuk lebih memeratakan pembangunan di seluruh daerah di Indonesia. Dalam APBN 2013 target realisasi investasi ditetapkan Rp390 triliun. 

Kemudian pada 2014 diharapkan dapat menyentuh Rp506 triliun dengan pertimbangan sejumlah pembangunan infrastruktur pada 2013 dan 2014 telah selesai dikerjakan. Indeks kinerja logistik Indonesia pada 2012 meningkat menjadi 2,94 dari 2,76 pada 2010 (rentang indeks terendah =1 dan tertinggi =5).

Skor untuk ketepatan waktu tercatat 0,15 poin,pelacakan dan penelusuran naik 0,35 poin, kompetensi logistik kompetensi dan kualitas jasa logistik naik 0,38, kemudahan menyelenggarakan pengapalan barang dengan harga yang bersaing naik 0,15, serta efisiensi proses clearance 0,1 poin. Peningkatan peringkat daya saing logistik disumbangkan oleh perbaikan kualitas soft infrastructure. 

Saat ini sejumlah pelabuhan besar mulai menerapkan Indonesia Logistic Community System (ILCS), sistem online hasil kerja sama Pelabuhan Indonesia II dan PT Telkom, yang memungkinkan pemilik barang secara real time bisa mendapatkan informasi mengenai pengurusan barang miliknya. Sistem ini juga paralel dengan penerapan modul epayment layanan logistik nasional dengan empat layanan berupa penyediaan layanan port community system, inaport net, domestic manifest, dan tracking system. 

Dengan sistem ini, daya saing logistik nasional diharapkan dapat terus ditingkatkan yang didukung pembangunan sejumlah hard infrastructure untuk beberapa proyek pembangunan yang dijadwalkan selesai dibangun pada 2013 dan 2014. Tahun ini pemerintah menyiapkan investasi atau belanja modal sebesar USD20 miliar (ekuivalen Rp200 triliun) untuk membangun dan meningkatkan infrastruktur.

Dana tersebut digunakan untuk meningkatkan kapasitas jalan yang ada sekarang sepanjang 4.278 km, menambah jalan baru sepanjang 559 km, dan membangun jalur kereta api sepanjang 380 km.Di samping itu juga akan dilakukan perbaikan terhadap 120 pelabuhan udara dan menambah 15 pelabuhan udara baru serta pembangunan 61 pelabuhan kapal laut. 

Terkait penopang sistem logistik nasional, dilakukan berbagai pengembangan infrastruktur pelabuhan seperti pengembangan terminal peti kemas, pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai hub container port, serta pengembangan terminal curah cair dan kering. Dalam APBN 2013 anggaran pembangunan infrastruktur perhubungan mencapai Rp77,9 triliun untuk memperlancar distribusi barang dan jasa dalam rangka peningkatan daya saing produksi, serta menjalin keterhubungan antarwilayah. 

Anggaran Rp77,9 triliun ini digunakan untuk pembangunan 15 bandar udara baru, pengembangan dan rehabilitasi sekitar 120 bandar udara; pembangunan 383,37 kilometer jalur kereta api baru, termasuk jalur ganda; serta pengadaan 84 unit lokomotif,kereta rel disel (KRD), kereta rel listrik (KRL), tram, dan railbus. 

Kemudian Pembangunan Jalan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang 19.370 km; pembangunan kapal perintis dan penumpang sebanyak 20 unit; serta pembangunan prasarana 61 dermaga penyeberangan. Pembangunan infrastruktur juga didukung sejumlah proyek MP3EI yang telah berjalan selama ini. 

Sepanjang 2012 pemerintah telah merealisasikan groundbreaking sebanyak 71 proyek dengan total nilai investasi mencapai Rp212,3 triliun. Untuk 2013, proyek MP3EI ditargetkan sebanyak 146 proyek groundbreaking dengan nilai investasi Rp545,8 triliun.Sekitar Rp365 triliun di antaranya dialokasikan pada kawasan timur Indonesia. Sebanyak 146 proyek itu terdiri atas 82 proyek infrastruktur dengan nilai Rp143 triliun dan 64 proyek sektor riil dengan total nilai sebesar Rp402 triliun. 

Dari 82 proyek pembangunan infrastruktur tersebut yang akan groundbreaking pada 2013 tersebar di koridor Sumatera sebanyak 32 proyek (Rp25,8 triliun), Jawa 13 proyek (Rp74,8 triliun),Kalimantan 9 proyek (Rp14,6 triliun), Sulawesi 9 proyek (Rp7,8 triliun), Bali-NTB 5 proyek (Rp16,8 triliun), dan koridor Papua-Maluku 14 proyek (Rp3,08 triliun). Sampai akhir 2013 program MP3EI diharapkan dapat merealisasikan 330 proyek pembangunan dengan nilai investasi Rp1.169,71 triliun. 

Selain itu, untuk mendorong keterhubungan domestik dan efektivitas-efisiensi transportasi laut, pemerintah juga telah menargetkan pembangunan sekitar 90 pelabuhan yang akan selesai dibangun hingga 2014 (10 pelabuhan di antaranya dikhususkan untuk kapal pesiar). Kebutuhan investasi untuk pengembangan pelabuhan di Indonesia hingga 2030 diperkirakan mencapai USD46,112 miliar (Rp439,67 triliun).

Pemerintah menyiapkan 31,7% atau USD14,613 miliar dari total anggaran tersebut dan selebihnya USD31,499 miliar atau 68,3% diharapkan dapat diperoleh dari investor melalui mekanisme publicprivate-partnership. Untuk periode 2011-2015, investasi pengembangan pelabuhan diperkirakan mencapai USD12,114 miliar. Sebesar 42,5% atau USD5,148 miliar berasal dari pemerintah, sedangkan USD6,966 miliar atau 57,5% dari investor swasta. 

Dalam lima tahun mendatang, ada 26 pelabuhan yang akan dikembangkan antara lain Banjarmasin, Pontianak, Batam, Madura, Cilamaya, Palembang, Kuala Tanjung,Panjang, Ambon, Dumai, Teluk Bayur, Makassar, Banjarmasin, Bitung, Tanjung Emas, Probolinggo, Balikpapan, Jayapura, Sorong, Pasean, Maloy, Pleihari, Sei Gintung, Gorontalo, Pantoloan,dan Pare-Pare.

Pada 2013 direncanakan sekitar 91 pelabuhan baru yang beroperasi, sementara pada 2014 sebanyak 70 pelabuhan. Dana pembangunan pelabuhan dalam APBN 2013 dialokasikan sekitar Rp9 triliun. Target pemerintah hingga 2030, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia dapat menjadi hub internasional yang berdaya saing tinggi.

Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera utara dan Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara merupakan salah satu wujud keseriusan untuk mewujudkan Indonesia sebagai international hub di kawasan dan memaksimalkan potensi maritim nasional. Dalam Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang cetak biru pengembangan sistem logistik nasional, pemerintah menargetkan sistem logistik nasional yang terintegrasi dengan layanan yang andal. 

Integrasi jaringan konektivitas fisik terutama sistem transportasi laut serta jaringan konektivitas virtual yang didukung ICT diharapkan tidak hanya sebagai penopang daya saing logistik, tetapi juga sebagai stimulus pertumbuhan daerah,penekan disparitas harga, dan pendorong distribusi pendapatan yang lebih merata. Sistem logistik nasional ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mendorong daya saing logistik nasional sehingga daya saing produk/jasa dapat terus ditingkatkan. 

Sistem ini juga diharapkan dapat mereduksi ekonomi biaya tinggi yang selama ini menjadi perhatian pemerintah, memperlancar distribusi barang dan jasa, serta menghindari terkonsentrasinya pertumbuhan di lokasi tertentu. 

Dengan sistem logistik nasional yang didukung percepatan pembangunan infrastruktur, pemerintah mengharapkan pertumbuhan dan penyebaran pembangunan dapat lebih ditingkatkan. Hal ini tentu akan menciptakan iklim investasi menjadi lebih baik lagi secara nasional dan mampu menekan biaya logistik di bawah 10% pada akhir 2014. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar