Jumat, 22 Februari 2013

Merkantilisme Obama


Merkantilisme Obama
Asrudin Pengamat Hubungan Internasional, 
Saat ini bekerja sebagai Peneliti di Lingkaran Survei Indonesia Group
SINAR HARAPAN, 21 Februari 2013


Dalam state of the union address (12/2), Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyampaikan sejumlah persoalan krusial AS yang harus diselesaikan pemerintahannya.
Sesuai prediksi para pengamat politik dan seperti yang pernah disampaikan Obama pada pelantikan dirinya sebagai presiden AS yang kedua kali pada 21 Januari, persoalan ekonomi dan pengangguran yang menjadi keprihatinan kebanyakan warga AS, akan menjadi agenda kerja utama pemerintahannya.

Untuk mengatasinya, Obama mendesak anggota Kongres dari Partai Republik dan Partai Demokrat agar ikut bekerja sama, mendorong ekonomi dengan memperkuat dan memperbesar jumlah kelas menengah, membangun kembali infrastruktur Amerika, serta meningkatkan sektor manufaktur.

Dalam menjalankan kebijakan luar negeri pun, masalah ekonomi tetap dijadikan perhatian utama. Obama akan melakukan pengetatan anggaran dalam hal penempatan pasukan AS di luar negeri sebagai cara mengurangi beban pengeluaran negara.
Untuk merealisasikannya, Obama mempercepat proses penarikan mundur pasukan AS dari Afghanistan, dan menyerahkan sepenuhnya masalah keamanan pada pasukan Afghanistan, yang rencananya akan diselesaikan secara menyeluruh di wilayah tersebut pada 2014.

Hal serupa berlaku pula pada kebijakan luar negeri lain seperti isu Korea Utara. Meskipun Obama dalam pidatonya menyinggung tentang program pelucutan senjata nuklir Korut, sesungguhnya hal itu merupakan strategi untuk mengalihkan kepentingan Amerika dari kawasan Timur Tengah ke kawasan Asia-Pasifik. Hal itu dilakukan Obama karena kawasan Asia Pasifik saat ini dinilai sangat vital bagi kepentingan ekonomi AS.

Dengan disinergikannya kepentingan ekonomi dalam negeri dengan masalah kebijakan luar negeri AS, sebagaimana dikatakan Obama dalam pidatonya hal ini menunjukkan Obama telah menerapkan sebuah kebijakan yang oleh Daniel Drezner (Profesor Politik Internasional dari Tufts University) disebut sebagai “Obama's Mercantilist” dalam tulisannya di blog Foreign Policy (14/2).

Negara Kuat

Dalam literatur ekonomi politik internasional, merkantilisme adalah sebuah mazhab pemikiran yang menggambarkan pandangan dunia pemimpin politik dalam membangun negara modern. Mereka berpendapat aktivitas ekonomi seharusnya tunduk dan memiliki tujuan utama membangun negara yang kuat. Dengan kata lain, ekonomi adalah alat politik dasar bagi kekuasaan politik.

Merkantilisme cenderung melihat perekonomian internasional sebagai arena konflik antara kepentingan nasional yang saling bertentangan, daripada sebagai wilayah kerja sama dan saling menguntungkan. Singkatnya, persaingan ekonomi antarnegara adalah permainan zero-sum di mana keuntungan suatu negara merupakan kerugian bagi negara lain (Jackson & Sorensen, 1999).

Robert Gilpin dalam karyanya The Political Economy of International Relations (1987, 32) menyebutkan dua bentuk merkantilisme untuk membedakan persaingan ekonomi antarnegara. Pertama adalah benign mercantilism. Di sini negara memelihara kepentingan ekonomi nasional, sebab hal tersebut merupakan unsur penting dalam keamanan nasionalnya.

Kedua adalah malevolent mercantilism. Di sini negara-negara berupaya mengeksploitasi perekonomian internasional melalui kebijakan ekspansi. Dengan demikian merkantilisme jenis ini melihat kekuatan ekonomi dan kekuatan politik militer sebagai tujuan yang saling melengkapi.

Merujuk pada State of the union address Obama pada 12 Februari, sesungguhnya apa yang dikemukakannya merupakan bentuk pemahaman merkantilisme yang digambarkan Gilpin. Obama mulai hirau dengan persoalan ekonomi yang makin kompetitif (zero-sum), dan ini sangat rentan terhadap kepentingan ekonomi nasional AS yang mengalami kelesuan sejak tahun 2008.

Untuk itu, agar dapat memulihkan perekonomian negaranya Obama melakukan pergeseran fokus kebijakan luar negeri dari Timur Tengah ke Asia Pasifik mengingat ekonomi di kawasan itu mengalami pertumbuhan paling cepat dan sangat kompetitif (zero-sum).

Mengapa Asia Pasifik?

Dalam kunjungan pertamanya ke Indonesia pada 8-10 Februari 2013, Panglima Komando Militer AS yang ditugaskan Obama di Kawasan Pasifik (PACOM), Laksamana Samuel J Locklear III menjelaskan mengapa Asia Pasifik kini makin strategis bagi AS di tengah perubahan dinamika kekuatan global.

Locklear menjelaskan pergeseran fokus keamanan tersebut, yang pertama kali diumumkan Obama pada 17 November 2011, sebagai “Perimbangan Kembali (Rebalance) Peran AS di Asia Pasifik.” Locklear mengatakan perimbangan itu bukan hanya menyangkut militer tapi juga kebijakan, diplomasi, dan perdagangan ekonomi.

Untuk memuluskan rebalance yang dimaksud, AS mengerahkan lebih dari setengah kekuatan militer laut yang kini ditugaskan beroperasi di kawasan Asia Pasifik. PACOM dibekali setidaknya seperlima dari total kekuatan militer AS dan akan memimpin 60 persen dari armada Angkatan Laut Amerika. Saat ini, armada militer AS di Pasifik diperkuat lima kapal induk dengan kekuatan pendukung, yaitu 180 kapal, 1.500 pesawat, dan 100.000 personel militer aktif.

Tentu saja pengerahan kekuatan militer ini dilakukan untuk mengamankan kepentingan ekonomi AS di Asia Pasifik, sebuah kawasan yang memiliki dua dari tiga ekonomi terbesar di dunia. Begitu pula dari segi bisnis dan perdagangan, kawasan ini sangat strategis bagi AS.

Asia Pasifik memiliki sembilan dari 10 pelabuhan terbesar di dunia, merupakan jalur-jalur laut paling sibuk yang menghasilkan lebih dari US$ 8 triliun, dan 70 persen dari kapal-kapal pengangkut bahan energi melintasi lautan Pasifik setiap harinya.
Di sisi pertahanan dan keamanan pun, Asia Pasifik tidak kalah strategis mengingat tujuh dari 10 kekuatan militer terbesar dunia ada di kawasan ini, termasuk angkatan-angkatan laut dengan teknologi paling canggih.

Oleh karena itu, dalam konteks pemahaman merkantilisme Gilpinian dan merujuk pada pernyataan Locklear, wajar jika Obama saat ini menekankan perhatian pada wilayah Asia Pasifik. Di kawasan ini Obama akan terus mensinergikan kekuatan ekonomi dan politik-militer negaranya untuk membangkitkan kembali ekonomi AS yang lesu sejak tahun 2008. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar