Sabtu, 02 Februari 2013

Banyak Pohon, Banyak Rezeki


Banyak Pohon, Banyak Rezeki
Tri Apriadi ; Mahasiswa Pasca Sarjana IPB,
Penerima Bakrie Graduate Fellowship IPB
SUARA KARYA, 31 Januari 2013



Sadar akan begitu pentingnya nilai pohon, membuat umat berupaya untuk mempertahankan keberadaan pohon. Hal tersebut dilakukan agar pohon tetap bisa memberikan manfaat secara optimal dari fungsi ekologisnya di alam. 'Banyak pohon, banyak rezeki', begitulah kampanye yang terus didengungkan pada Hari Pohon Sedunia dan Hari Menanam Pohon Nasional, November lalu.
Berbagai upaya yang umumnya dilakukan dan saat ini berkembang di masyarakat adalah kegiatan penanaman pohon bersama. Kegiatan ini berlangsung di tingkat masyarakat, institusi pendidikan, lembaga organisasi, lembaga pemerintahan, bahkan sektor swasta dan pihak perusahaan pun ikut serta dalam menyukseskan program gerakan menanam 1 miliar pohon dari Kementerian Kehutanan R.
Sebagai contoh, kegiatan penanaman pohon bersama sudah menjadi agenda rutin yang dilakukan oleh Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB. Kegiatan ini merupakan bakti sosial terhadap lingkungan yang dilakukan di desa sekitar kampus Institut Pertanian Bogor, antara lain di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang dan di Desa Cihideung Ilir, Dramaga, Bogor.
Kegiatan penanaman pohon tersebut merupakan kerja sama antara Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB dan warga di kedua desa tempat dilakukannya penanaman pohon. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan selain bisa mendapatkan manfaat fungsi pohon dari sisi ekologis, juga bisa memberikan manfaat ekonomi bagi warga desa.
Pohon yang ditanam merupakan pohon bernilai ekonomi yaitu dari jenis sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dan jabon/jati kebon (Anthocephalus cadamba), sehingga bisa memberikan tambahan penghasilan melalui pemanfaatan kayu dari pepohonan yang ditanam. Dilakukan monitoring terhadap perkembangan pohon hingga siap panen dan juga disiapkan program untuk penanaman pohon pengganti.
Keberadaan pohon di alam selain memberikan nilai ekologis, juga memberikan nilai ekonomi. Nilai ekologis yang diberikan pohon, yaitu melalui penyediaan jasa lingkungan. Manfaat pohon dari segi ekologis antara lain sebagai penyerap emisi karbon (melalui pemanfaatan gas karbondioksida oleh dedaunan dalam proses fotosintesis), penyedia oksigen sebagai hasil fotosintesis, akar pohon sebagai penahan air dan penguat lahan hingga mencegah terjadinya erosi, serta sebagai habitat dari berbagai jenis biota yang ada di suatu ekosistem.
Keberadaan pohon juga bisa memberikan dampak terhadap sektor ekonomi. Hal ini bukan berarti hanya pohon yang memiliki nilai ekonomi tinggi saja (misalnya jati, eboni, sengon, ulin, dan sebagainya) yang memberikan dampak, melainkan keberadaan pohon secara keseluruhan dalam suatu ekosistem. Dampak positif ini disebabkan berjalannya fungsi ekologis pohon sebagai penyedia jasa lingkungan yang telah disebutkan sebelumnya, yang akhirnya memberikan pengaruh pada sektor ekonomi.
Bisa kita bayangkan dampak yang timbul akibat kerusakan lingkungan dari hilangnya pepohonan. Banjir Jakarta yang terjadi pertengahan Januari 2013 lalu, secara tidak langsung adalah dampak dari hal tersebut. Berkurangnya jumlah hutan di daerah hulu sungai, tepian sungai di bagian hilir yang telah menjadi pemukiman penduduk, serta lahan terbuka hijau di Ibu Kota yang digantikan dengan hutan beton, menyebabkan jumlah air permukaan melimpah, lalu meluap, dan terjadi banjir.
Banjir Jakarta tentunya berdampak pada sektor ekonomi. Transportasi terhambat, menyebabkan komunikasi dan transaksi bisnis terganggu, serta berbagai dampak turunan yang dirasakan sebagai gangguan bagi pelaku ekonomi. Belum lagi, masalah polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor dan asap dari cerobong pabrik juga menjadi penghambat dalam keberlanjutan ekonomi. Setidaknya, melalui keberadaan pohon, masalah lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada keberlanjutan kegiatan perekonomian dapat diminimalisasikan.
Hijau untuk Negeri
Sektor swasta dan perusahaan turut serta menyukseskan program gerakan menanam 1 miliar pohon. Pihak perusahaan juga telah sadar akan pentingnya keberadaan pohon untuk kelancaran dan keberlanjutan usaha mereka. Upaya penjagaan lingkungan yang dilakukan perusahaan ditujukan untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan, salah satunya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini menjadi tanggung jawab moral perusahaan terhadap lingkungan sekitar.
Upaya perusahaan dalam melestarikan lingkungan dari pengaruh dampak pembangunan, salah satunya telah dilakukan oleh kelompok Bakrie, melalui program Bakrie untuk Negeri. Program ini dilakukan melalui agenda Hijau untuk Negeri, berupa kegiatan program pelestarian lingkungan, program penanaman pohon, serta konservasi hutan. Melalui program ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah dalam gerakan menanam 1 miliar pohon.
Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini kegiatan penanaman pohon bersama lebih banyak dilakukan di daerah hulu atau area sekitar daratan, misalnya, di hutan yang mengalami kerusakan, lahan terbuka di , atau sekitar pemukiman penduduk.
Padahal, kegiatan penanaman pohon bersama juga bisa dilakukan di kawasan hutan mangrove di kawasan pesisir yang mengalami kerusakan. Hal ini perlu dipertimbangkan karena kondisi kerusakan hutan mangrove semakin bertambah dari waktu ke waktu, sedangkan tingkat keberhasilan hidup dari pohon mangrove yang ditanam sangat kecil.
Jadi, perlu juga diperhatikan alokasi untuk perbaikan ekosistem hutan mangrove agar dampak positif dari hutan mangrove bisa dirasakan secara optimal, bernilai dari segi ekologis serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dari segi ekonomi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar