Senin, 11 Februari 2013

Aeon Masuk Indonesia


Aeon Masuk Indonesia
Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo ;   Pengamat Ekonomi
SINDO, 11 Februari 2013


Minggu lalu sebuah berita menarik muncul di media, yaitu rencana masuknya Aeon, perusahaan ritel dari Jepang, ke Indonesia. 

Dalam rencana mereka, Aeon akan membuat sebuah mal. Untuk yang pertama, rencananya mereka akan membuat mal yang cukup besar di wilayah pinggiran Jakarta. Setelah itu mereka juga akan membuat jaringan toko minimarket di Indonesia. Rencana jangka panjangnya,mereka akan membuat jaringan yang luas di Indonesia. Berita itu menunjukkan betapa besar potensi Indonesia dari sisi pengembangan bisnis ritel.

Berbagai nama internasional banyak tersebar di negara kita seperti Giant, Hypermart, Carrefour, Lotte, Parkson. Nama-nama tersebut seakan berlomba-lomba masuk ke Indonesia karena prospek yang mereka pandang sangat bagus dalam beberapa tahun ke depan. Pada waktu Lotte masuk ke Indonesia, mereka memulainya dengan mengakuisisi jaringan toko grosir Makro yang pada waktu itu tampak seperti kepayahan melawan pesaing mereka yang sangat kuat, yaitu Carrefour. 

Untuk jaringan minimarket, perkembangannya juga luar biasa menarik. Dewasa ini terjadi kompetisi yang tajam antara dua raksasa, yaitu Indomaret dan Alfamart. Indomaret memulai bisnis minimarket tersebut lebih awal dibandingkan dengan Alfamart. Namun perkembangan yang terjadi telah menghasilkan jaringan yang relatif sama kuat di antara kedua raksasa tersebut. Jika catatan saya tidak salah, Indomaret memiliki jumlah toko yang sedikit lebih banyak dibandingkan dengan Alfamart, sedangkan Alfamart memiliki total omzet lebih besar dibandingkan dengan Indomaret. 

Ini berarti rata-rata omzet per toko dari Alfamart lebih tinggi dibandingkan dengan Indomaret. Sangat mungkin masing-masing dewasa ini sudah memiliki jumlah toko sekitar 7.000 buah di seluruh Indonesia dan setiap kali ditanyakan kepada mereka jumlah tokonya, jawaban secara bergurau adalah, “Hari ini jam berapa?” Sebab setiap hari dua atau tiga toko baru dibuka. Ini berarti jumlah toko mereka di pagi hari tentu berbeda dengan di malam hari. Dalam persaingan yang sedemikian ketat tersebut, ternyata tetap ada peluang bagi munculnya pihak ketiga. 

7 Eleven, misalnya, berhasil menarik minat pembeli dengan konsep mereka yang baru dan berbeda dengan Indomaret dan Alfamart. Kehadiran 7 Eleven dengan konsep barunya tersebut akhirnya diikuti juga oleh jaringan Lawson dari grup Alfamart. Perkembangan ini memberikan gambaran tetap adanya peluang-peluang baru jika kita mau melihatnya lebih dalam. Barangkali kondisi demikianlah yang akhirnya memancing Aeon untuk memasuki Indonesia. 

Sebagaimana diketahui, bisnis Jepang di Indonesia berkembang sedemikian cepat dewasa ini. Dalam sektor industri manufaktur, kita melihat ekspansi yang dilakukan terus-menerus dari berbagai perusahaan seperti Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, Honda, Suzuki. Banyak perusahaan tersebut berdiri pada awal era Orde Baru. Namun perkembangan yang terakhir menunjukkan kemajuan yang luar biasa.

Dalam industri automotif ini selain perusahaan mobil yang besar, banyak juga perusahaan pembuat komponen yang ikut merasakan panen yang luar biasa sehingga juga berkembang secara cepat. Salah satu perusahaan pembuat komponen automotif yang saya kunjungi di daerah, M 2000, baru saja selesai membangun pabrik yang kedua. Bahkan sebelum pabrik kedua selesai, mereka sudah mulai lagi membangun pabrik yang ketiga karena permintaan yang deras mengalir bagi produk mereka. 

Pada awal Orde Baru tersebut juga banyak bermunculan industri tekstil yang dimiliki pengusaha mancanegara. Meski demikian dalam perkembangan terakhir ternyata mulai banyak perusahaan tekstil yang mulai beralih tangan kepada pengusaha Indonesia karena mengalami kerugian. Namun hebatnya di tangan pengusaha Indonesia, hanya dalam hitungan waktu yang pendek, bisnis industri tekstil eks Jepang tersebut berubah menjadi menguntungkan. 

Di Indonesia pada awal Orde Baru juga banyak bermunculan bank-bank dari Jepang. Bank-bankJepang yang mengalami perkembangan pesat di masa itu ternyata mengalami perkembangan relatif lambat dewasa ini dibandingkan dengan bank-bank nasional maupun bank yang dimiliki pihak asing lainnya. Melihat perkembangan tersebut, masuknya Aeon ke Indonesia jelas suatu perkembangan menarik. 

Dengan banyaknya bisnis Jepang di Indonesia, potensi bisnis ritel dengan nasabah inti komunitas Jepang di sini tentunya suatu hal yang cukup menjanjikan. Apakah dengan munculnya Aeon di Indonesia akan terjadi fenomena berkuasanya pihak asing di Indonesia? Berdasarkan pengalaman yang masih terus terbukti kebenarannya, kita sangat sering menganggap enteng (underestimate) kemampuan pengusaha Indonesia. 

Pada saat awal Orde Baru banyak sekali PMA di bidang farmasi di Indonesia sehingga saat itu seakan industri farmasi kita didominasi pengusaha asing.Ternyata pengusaha nasional kita secara bertahap mampu membalikkan dominasi tersebut. Industri tekstil yang beralih dari Jepang ke Indonesia sebagaimana saya ceritakan tersebut saat ini sungguh terjadi di mana pengusaha nasional mampu untuk berkembang lebih cepat dan mendominasi industri tersebut. 

Di perbankan, di mana orang banyak mengeluhkan dominasi pemodal asing, saya yakin industri perbankan nasional kita akan mampu membalikkan keadaan tersebut. Karena itu bagi saya, masuknya Aeon ke Indonesia merupakan suatu hal yang patut diapresiasi. Masuknya Aeon akan “memperkaya” ragam usaha ritel di Indonesia.

Akuisisi yang dilakukan Chaerul Tandjung terhadap Carrefour pada akhirnya memberikan bukti kepada kita bahwa kita tidak perlu takut secara berlebihan atas masuknya bisnis ini ke negara kita. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar